LIFE SAVING SOFT SKILL ???

>> Sabtu, 13 Februari 2010

Life saving soft skill !!!, belum banyak yg tahu, dan memamng baru soft lounch kepada fihak-fihak tertentu dalam kegiatan workshop. Merupakan soft skill untuk survival dari ancaman silent killer di tempat beraktivitas. Dapat dikatakan sebagai sikap atau ketrampilan yg dengan sendirinya akan beraksi apabila ada rangsangan yg timbul. Soft skill ini dapat dimiliki karena dipelajari seperti halnya garakan reflek menangkis dari orang yg  terlatih ilmu beladiri /silat, namun soft skill ini rawan hilang karena  bukan untuk dipraktikan pada diri sendiri serta sangat jarang dipergunakan apalagi jika tidak di latih ulang secara berkala. 

Sebutan/nama life saving soft skill (LS3) di peroleh tidak sengaja, yaitu ketika seorang peserta workshop BELS Mame (basic emergency life support masyarakat awam  medis) memberikan testimoni, beliau menyatakan bahwa setelah belajar dalam workshop BELS Mame "saya harus mau dan mampu menolong korban kecelakaan yg terjadi dekat saya" pada pertengahan November 2008.
Referensi utama atau sebagai konsep acuan diambil materi-materi standar basic trauma and cardiac life support yg dikembangkan oleh disiplin ilmu kedokteran bedah dan kedaruratan medis nasional maupun inyernasional (IKABI, AHA, RedCross, dll). 
Tujuan, digagasnya nama life saving soft skill, adalah agar peserta worksop dapat melakukan bantuan hidup dasar (CPR) dengan cepat, tepat dan benar, dengan kefahaman tingkat awam medis serta dalam waktu pelatihan yang tidak banyak membuang produktivitas mereka.
Dasar, dari gagasan; (1) adanya keluhan waktu pelatihan yg cukup lama dan berdampak biaya tinggi. (2) materi yg bersifat teknis medis sering membingungkan awam. (3) adanya masukan bahwa yg harus dilakukan awam hanyalah tindakan bantuan hidup dasar yg benar sebelum mendapat pertolongan medis, jadi ilmunya yg penting-penting saja!!. (4)adanya keinginan penggagas agar teknik-teknik bantuan hidup dasar mudah dipelajari, diminati dan di kuasai awam, sehingga safe community berangsur namun pasti dapat terwujud. (5)fakta menunjukan bahwa kematian mendadak di TKP akibat ancaman silent killer seprti henti jantung mendadak, stroke serta kecelakaan lalulintas masih tinggi, danbelum dapat dilakukan oleh rescue tim yg dibentuk pemerintah tepat waktu.
Oleh karena itu Life saving soft skill menjadi wajib dimiliki sebagai survival tools oleh setiap orang sehat  untuk pencitraan diri sebagai insan aktif dan produktif.

Life saving soft skill ini dapat dipelajari pada training/workshop dengan metode berbasiskan kebutuhan komunitas dan co-survival yg diselenggarakan oleh komunits peduli orang sehat, secar ainhouse training maupun umum.


0 komentar:

About This Blog

maaf masih dalam upgrade..

Lorem Ipsum

Bagai mana pendapat Anda tentang blog ini ?

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP