INVESTASI SEHAT TAHUN 2010

>> Rabu, 20 Januari 2010

Pengelolaan diri dalam bersikap dan tidak berpaling dari hal yang pasti akan terjadi, merupakan jawaban manis yang dapat dipersiapkan. Kalau kita berpendapat bahwa sehat dan sakit merupakan bagian dari perjalanan hidup, mungkin kita tak perlu lagi membuang waktu dan biaya untuk mencari makna sehat sebagai kebutuhan rasa tenang dalam hati.

Jika rasa optimisme berlebihan karena merasa sehat atau rasa takut berlebihan akan terjadinya sakit tumbuh subur dalam hati, memerlukan pengelolaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari sehingga akibat buruk yang ditimbulkan menjadi ruang sempit atau tidak mendapat ruang lebih lebar dalam diri kita.

Pertama, paradigma sehat seperti yang dicanangkan pemerintah menyebutkan bahwa perilaku berorientasi sehat itu adalah merupakan investasi yang sangat luar biasa. Jika dalam program seluruh sektor kehidupan yang telah maupun sedang dibangun terintegrasi dengan faktor-faktor kesehatan, maka perilaku kita sehari-hari adalah merupakan bagian dari integrasi tersebut. Semua kalangan seyogianya memandang kesehatan secara menyeluruh (terintegrasi) dan tidak sepenggal-penggal, sehingga terbentuk sebuah pemahaman tentang kesehatan yang utuh.

Perilaku sebahagian masyarakat modern yang kurang pandai mengelola waktu, kurang peduli akan asupan gizi atau kebiasaan hidup yang tidak sehat, nyatanya tidak lebih baik dari kalangan masyarakat prasejahtera yang umumnya memiliki keterbatasan dalam memandang derajat kesehatan.

Dengan kondisi sehat, segala pemikiran terasa jernih dan senantiasa akan memberi hasil lebih positif jika kita dapat bekerja dalam kondisi prima, termasuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam meningkatkan kualitas pekerjaan dan kehidupan. Menjaga dan melengkapi kesempurnaan untuk konsumsi kita, adalah mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi seimbang, menghindari stress serata tidak merokok. Berbudaya bersih dan sehat tidak hanya diartikan secara fisik belaka. Perilaku dan mental yang bersih, cantik dalam sikap (inner beauty), merupakan kiat dasar dalam upaya untuk menjaga kita tetap sehat dan bugar sepanjang tahun 2010 ini.
Resume :Berinvestasi Dengan Kesehatan Memberikan Jaminan Hidup Sejahtera Berkelanjutan,...insya-Allah.:-)



  • Tidak bijak, jika saya atau Anda membiarkan stress membunuh secara perlahan, yang disebabkan memburu waktu tanpa jeda, enggan menyisihkan waktu sejenak untuk mendekatkan diri pada Maha Pencipta.



  • Tidak baik, jika saya atau Anda membelanjakan uang untuk sebungkus rokok atau minuman beralkohol dibandingkan dengan mengkonsumsi buah-buahan seperti apel, pisang atau jeruk yang disertai dua liter air mineral setiap hari.



  • Tidak arif, jika saya atau Anda lupa waktu, membiarkan fisik dan psikis kita melewati ukuran kemampuan, padahal secara alami sudah mempunyai takaran. Dan sangat arif jika dapat mengatur keseimbangan raga dengan melakukan olah tubuh, baik di tempat kebugaran atau yang gratis di ruang terbuka.



  • Sangat baik, arif dan bijak, jika saya atau Anda berinvestasi sehat, karena memiliki value yang tinggi dan memberikan kuntungan besar bagi investornya dikemudian hari.

Read more...

BERPIKIR SEHAT SEBELUM SAKIT TAHUN 2010

>> Selasa, 19 Januari 2010

Saudaraku orang-orang sehat dan yang ingin selalu sehat, kondisi tahun 2010 ini tentunya ingin lebih baik daripada tahun lalu. Waktu yang tepat ini mungkin sangatlah tepat jika saya dan Anda bersama mulai berpikir sehat supaya tidak sakit di tahun 2010 ini.

Membuat perencanan kesehatan pribadi dan keluarga, menghapus budaya dan kebiasaan berperilaku tidak sehat memang tidak mudah, bahkan berpikir untuk sehatpun mungkin belum pernah. Hal tersebut tidak hanya keterbatasan pengetahuan, seringkali rasa “sombong” dan mumpung lagi sehatpun membuat setiap kita sering lupa untuk menjaga diri dalam kondisi sehat sepanjang waktu.
Rendahnya perhatian lingkungan, masyarakat bangsa Indonesia dalam menyikapi masalah kesehatan terbentuk kemungkinan besar sebagai akibat dari berbagai aspek kehidupan, antara lain karena keterbatasan pengetahuan, faktor ekonomi serta kondisi social, dll. Hidup sehat sering disikapi dengan perilaku dalam batasan yang sempit. Kebanyakan orang berinteraksi dengan kehidupan dan perilakunya secara spontan dan “apa adanya”, sesuai dengan prinsip mereka apakah pemenuhan kebutuhan hidup itu terpenuhi secara fisik dalam kesehariannya ?. Sedangkan aspek lain adalah sikap, perilaku dan perhatian masyarakat akan lingkungan yang sehat, acapkali terabaikan. Budaya ini terbentuk dalam mayoritas di kalangan masyarakat dengan tingkat kehidupan di bawah standar.
Pada transisi budaya masyarakat tradisional menuju kehidupan “modern” akibat mengalirnya pengaruh globalisasi pada berbagai bidang, telah mengubah gaya hidup masyarakat kita. Transformasi budaya ini mengakibatkan banyaknya individu bersikap keliru dan salah kaprah mengartikan modernisasi. Dengan mendapatkan peluang serba mudah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya telah membolehkan apa saja yang dilakukan termasuk bebas dalam mengkonsumsi apapun. Sementara interaksi masyarakat dalam keseharian untuk dapat mengakses terbentuknya budaya sehat seringkali diabaikan. Rasa cuek atau “aji mumpung” sedang sehat, merupakan sikap hidup yang terbentuk secara naluriah ketika keseimbangan antara rasa dan pemikiran kurang terkontrol. Tanpa banyak disadari, seseorang yang sangat menikmati kehidupannya atau pekerjaannya sering melupakan keseimbangan diri baik dalam menggunakan waktu maupun dengan apa yang dikonsumsinya sehari-hari. Ketika yang disebut sakit datang, barulah mereka merasa dihadapkan kepada hakim dan didakwa karena masalah kesehatan.
Anda begitu pula saya, yakin tidak mau dan tidak berharap untuk mengalami sakit. Namun demikian rasa tak ingin terjamah hal menyeramkan tersebut, adalah hal yang sangat wajar. Karena sakit bias berarti bencana, selain menimbulkan kerugian secara fisik, juga aspek ekonomi (cost rehabilitasi) akan menjadi beban besar jika dibandingkan dengan pencegahan. Bagi yang mampu mungkin bukan masalah, namun uang bukan segalanya jika dibandingkan dengan nilai sehat.
Manusia telah diberi akal dalam melakukan upaya untuk memperkecil atau meringankan bencana yang datang, termasuk jika terserang penyakit. Pengobatan dan rehabilitasi hanyalah merupakan sepenggal bagian dari upaya manusia. Pengobatan dan rehabilitasi seyogianya menjadi bagian atau pase paling ujung dari serangakaian upaya. Sikap hidup masyarakat umumnya, senantiasa memandang kesehatan hanya dalam rehabilitasi. Berpikir sehat setelah sakit, serta pemahaman kesehatan hendaknya tidak dibatasi oleh kerangka pemikiran tersebut.
Kebiasaan dan perilaku yang mengabaikan masalah kesehatan ternyata bukan hanya milik masyarakat dari kalangan prasejahtera atau mereka yang memiliki keterbatasan pengetahuan yang umumnya tinggal di pedalaman/ desa terpencil. Sebaliknya, pada tingkat masyarakat berpengetahuan dan tinggal di perkotaan yang ditunjang oleh berbagai fasilitas pun, sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan sehat pun banyak yang berperilaku tidak tidak sehat. Budaya untuk “menyenangkan diri” dengan santapan “cepat saji”, acapkali menjerumuskan mereka pada kehidupan yang tidak sehat. Perubahan kultur atau budaya menuju masyarakat modern yang tidak dapat mengelola waktu, membiasakan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, sampai kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan semboyan “yang penting enak” dan tidak memiliki batasan.
Bagi kalangan masyarakat yang memiliki keterbatasan baik soial, ekonomi dan pendidikan, sakit sering diartikan sebagai sebuah takdir dan tidak melihatnya sebagai akibat. Budaya masyarakat kita juga telah membiasakan hal-hal praktis yang bersifat instant, termasuk dalam melakukan upaya pengobatan. Seprti penanggulangan pertama ketika sakit, biasanya dengan cara yang mudah dan ringan yakni mengkonsumsi obat-obat ringan pula. Ketika dirasa belum sembuh baru kemudian ke dokter , tabib, atau penyembuh alternatif menjadi tumpuan.
Jika sakit sudah parah, barulah merujuk ke Rumah Sakit. Artinya, rumah sakit menerima orang sakit (pasien) selalu dalam kondisi setelah lebih buruk. Jika yang langsung berurusanpun, biasanya karena sangat terdesak yakni ketika keadaan gawat mendadak atau kecelakaan hebat, yang memerlukan penanganan lebih. Dan berdampak pada biaya pengobatan (cost rehabilitasi) yang tinggi.
Mari mulai berpikir sehat dan berperilaku sehat untuk memelihara kesehatan diri, kluarga dan lingkungan. Tidak pernah ada kata terlambat…, semoga

Read more...

About This Blog

maaf masih dalam upgrade..

Lorem Ipsum

Bagai mana pendapat Anda tentang blog ini ?

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP