BERPIKIR SEHAT SEBELUM SAKIT TAHUN 2010

>> Selasa, 19 Januari 2010

Saudaraku orang-orang sehat dan yang ingin selalu sehat, kondisi tahun 2010 ini tentunya ingin lebih baik daripada tahun lalu. Waktu yang tepat ini mungkin sangatlah tepat jika saya dan Anda bersama mulai berpikir sehat supaya tidak sakit di tahun 2010 ini.

Membuat perencanan kesehatan pribadi dan keluarga, menghapus budaya dan kebiasaan berperilaku tidak sehat memang tidak mudah, bahkan berpikir untuk sehatpun mungkin belum pernah. Hal tersebut tidak hanya keterbatasan pengetahuan, seringkali rasa “sombong” dan mumpung lagi sehatpun membuat setiap kita sering lupa untuk menjaga diri dalam kondisi sehat sepanjang waktu.
Rendahnya perhatian lingkungan, masyarakat bangsa Indonesia dalam menyikapi masalah kesehatan terbentuk kemungkinan besar sebagai akibat dari berbagai aspek kehidupan, antara lain karena keterbatasan pengetahuan, faktor ekonomi serta kondisi social, dll. Hidup sehat sering disikapi dengan perilaku dalam batasan yang sempit. Kebanyakan orang berinteraksi dengan kehidupan dan perilakunya secara spontan dan “apa adanya”, sesuai dengan prinsip mereka apakah pemenuhan kebutuhan hidup itu terpenuhi secara fisik dalam kesehariannya ?. Sedangkan aspek lain adalah sikap, perilaku dan perhatian masyarakat akan lingkungan yang sehat, acapkali terabaikan. Budaya ini terbentuk dalam mayoritas di kalangan masyarakat dengan tingkat kehidupan di bawah standar.
Pada transisi budaya masyarakat tradisional menuju kehidupan “modern” akibat mengalirnya pengaruh globalisasi pada berbagai bidang, telah mengubah gaya hidup masyarakat kita. Transformasi budaya ini mengakibatkan banyaknya individu bersikap keliru dan salah kaprah mengartikan modernisasi. Dengan mendapatkan peluang serba mudah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya telah membolehkan apa saja yang dilakukan termasuk bebas dalam mengkonsumsi apapun. Sementara interaksi masyarakat dalam keseharian untuk dapat mengakses terbentuknya budaya sehat seringkali diabaikan. Rasa cuek atau “aji mumpung” sedang sehat, merupakan sikap hidup yang terbentuk secara naluriah ketika keseimbangan antara rasa dan pemikiran kurang terkontrol. Tanpa banyak disadari, seseorang yang sangat menikmati kehidupannya atau pekerjaannya sering melupakan keseimbangan diri baik dalam menggunakan waktu maupun dengan apa yang dikonsumsinya sehari-hari. Ketika yang disebut sakit datang, barulah mereka merasa dihadapkan kepada hakim dan didakwa karena masalah kesehatan.
Anda begitu pula saya, yakin tidak mau dan tidak berharap untuk mengalami sakit. Namun demikian rasa tak ingin terjamah hal menyeramkan tersebut, adalah hal yang sangat wajar. Karena sakit bias berarti bencana, selain menimbulkan kerugian secara fisik, juga aspek ekonomi (cost rehabilitasi) akan menjadi beban besar jika dibandingkan dengan pencegahan. Bagi yang mampu mungkin bukan masalah, namun uang bukan segalanya jika dibandingkan dengan nilai sehat.
Manusia telah diberi akal dalam melakukan upaya untuk memperkecil atau meringankan bencana yang datang, termasuk jika terserang penyakit. Pengobatan dan rehabilitasi hanyalah merupakan sepenggal bagian dari upaya manusia. Pengobatan dan rehabilitasi seyogianya menjadi bagian atau pase paling ujung dari serangakaian upaya. Sikap hidup masyarakat umumnya, senantiasa memandang kesehatan hanya dalam rehabilitasi. Berpikir sehat setelah sakit, serta pemahaman kesehatan hendaknya tidak dibatasi oleh kerangka pemikiran tersebut.
Kebiasaan dan perilaku yang mengabaikan masalah kesehatan ternyata bukan hanya milik masyarakat dari kalangan prasejahtera atau mereka yang memiliki keterbatasan pengetahuan yang umumnya tinggal di pedalaman/ desa terpencil. Sebaliknya, pada tingkat masyarakat berpengetahuan dan tinggal di perkotaan yang ditunjang oleh berbagai fasilitas pun, sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan sehat pun banyak yang berperilaku tidak tidak sehat. Budaya untuk “menyenangkan diri” dengan santapan “cepat saji”, acapkali menjerumuskan mereka pada kehidupan yang tidak sehat. Perubahan kultur atau budaya menuju masyarakat modern yang tidak dapat mengelola waktu, membiasakan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, sampai kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan semboyan “yang penting enak” dan tidak memiliki batasan.
Bagi kalangan masyarakat yang memiliki keterbatasan baik soial, ekonomi dan pendidikan, sakit sering diartikan sebagai sebuah takdir dan tidak melihatnya sebagai akibat. Budaya masyarakat kita juga telah membiasakan hal-hal praktis yang bersifat instant, termasuk dalam melakukan upaya pengobatan. Seprti penanggulangan pertama ketika sakit, biasanya dengan cara yang mudah dan ringan yakni mengkonsumsi obat-obat ringan pula. Ketika dirasa belum sembuh baru kemudian ke dokter , tabib, atau penyembuh alternatif menjadi tumpuan.
Jika sakit sudah parah, barulah merujuk ke Rumah Sakit. Artinya, rumah sakit menerima orang sakit (pasien) selalu dalam kondisi setelah lebih buruk. Jika yang langsung berurusanpun, biasanya karena sangat terdesak yakni ketika keadaan gawat mendadak atau kecelakaan hebat, yang memerlukan penanganan lebih. Dan berdampak pada biaya pengobatan (cost rehabilitasi) yang tinggi.
Mari mulai berpikir sehat dan berperilaku sehat untuk memelihara kesehatan diri, kluarga dan lingkungan. Tidak pernah ada kata terlambat…, semoga

0 komentar:

About This Blog

maaf masih dalam upgrade..

Lorem Ipsum

Bagai mana pendapat Anda tentang blog ini ?

Our Blogger Templates

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP